Tuesday, September 1, 2009

IBU ITU

"Lu bisa bayangin nggak, ibu-ibu tua, bersepeda, bawa dagangan, di serempet sama mobil orang kaya yang nggak punya moral itu."

"Yang ironisnya lagi Gek, waktu itu hujan deras banget!!! pake main tinggal se-enak jidat nya aja.. what the ...."

Suara Jamie yang gak kalah kuatnya dengan suara gelegar hujan di luar sana, sontak membuat para pengunjung kafe tempat kami biasa hangout tiba-tiba terdiam dan sudah tentu sebagian dari mereka memandang ke arah kami.

"Easy there... calm down" kataku mencoba untuk menenangkan nya.

"ok..." balas nya dengan suara mengecil hampir tidak kedengaran.

"Well big bro, gw dah bilang sebelumnya ke elu, kalau di dunia ini sudah gak ada lagi orang yang punya hati nurani. Jadi gak usah heran. Yang jadi pertanyaan gw, what do u do when u saw that old lady got hit by orang kaya itu? thats the question" tanya ku dengan penuh semangat.

"Whoa.. whoa.. what do you think? Nada suaranya kembali kuat.

"Lu pikir gw tega ngebiarin ibu itu terjatuh. Listen to me, Walaupun waktu SD dulu nilai PMP gw cukup-cukup makan, tapi gw gak setega itu. Gw datang menghampiri si ibu tersebut, gw bantu dia untuk berdiri, dan memberesi semua dagangannya yang telah berserakan di jalan, dan lu tau, pada waktu itu hujan deras banget."

"See?"

"Yang lu lakuin dah benar banget Jam" ujarku pelan dengan maksud menenangkannya.

Aku dengan jelas bisa melihat kesedihan yang ada pada diri nya sewaktu dia menceritakan tentang si ibu itu, matanya berkaca-kaca. Obviously.

"Kog tega banget sih, dia gak mikir apa ya, gimana coba kalau ibu - ibu itu, ibu nya dia?" tanya nya dengan nada kesal.

"Jadi bro, ada hal-hal yang manusia tidak pernah memikirkannya, contohnya ini, mereka tidak pernah mau merasakan apa yang orang lain rasakan, empati pada diri mereka itu nol besar. Bersyukur lah rasa empati itu masih ada pada diri kita, walaupun sedikit tapi lebih berarti daripada tidak sama sekali."

"Bukannya sok wise tapi memang itulah yang sedang IN terjadi belakangan ini, tingkat kepedulian antar dan inter mahluk hidup itu sudah (hampir) gak ada. Semua nya sudah berjalan sesuka nya saja, tanpa menghiraukan siapa-siapa disekelilingnya. Senang melihat orang menderita dan menderita bila melihat orang senang, itulah yang menjadi prinsip tertinggi."

“Jadi jangan merasa terlalu bersalah gitu lah”

“Thanks.”

Sebenarnya peristiwa yang dialami Jamie diatas sudah pernah juga ku alami. Sebelas dua belas lah, ada kemiripannya juga. dan aku juga sudah cerita ke dia dan jujur aku lebih meledak-ledak menceritakannya.

Well, siapa yang gak miris ketika melihat seorang ibu yang sedang menjujung (membawa di kepala) dagangannya tiba-tiba di serempet sama pengendara sepeda motor. Dan sudah bisa di tebak seperti kebiasaan kebanyakan dari para pengendara ini, mereka tidak pernah mau tahu apa yang terjadi terhadap korban mereka. Sungguh tidak berprikemanusiaan. Binatang aja tidak akan berprilaku seperti itu. Jadi mereka itu apa? Lupakanlah...tak perlu bersusah payah memikirkan mereka itu mahluk hidup jenis apa. Selayaknya lagi mereka itu sebenarnya tidak pantas hidup. ohhh stop it, agek..what are you, like God? do you create them? OK fine!!!

Kembali lagi yang menjadi pertanyaan adalah What can i do, then? Tanpa sedikitpun merasa bangga untuk menceritakannya, aku melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan si Jamie. Aku membantu ibu itu memberesi dagangannya, mengumpuli makanan-makanan yang berserakan. Fyi : ibu itu berdagang makanan. Jadi aku mengumpuli makanan-makanan yang telah berserakan di jalan, yang sudah tentu makanan tersebut tidak akan laku lagi di jual. semua nya menjadi kotor, semuanya menjadi hina dan tak ada harganya.
Aku sempat berpikir, setelah ini apalagi yang harus kulakukan? Seketika itulah tanpa sengaja aku mengambil dompet dari kantong belakang celana ku dan mengeluarkan sejumlah uang, lalu menyodorkan nya kepada ibu itu. Si ibu langsung dan tanpa pikir panjang menolak pemberian ku. (demi Siapa pun yang punya kuasa tertinggi di muka bumi ini, aku memang gak sengaja mengeluarkan dompet ku. For God's Sake, people!!!)

"Maaf nak, saya bukan pengemis atau peminta-minta"

"Saya masih sehat, masih bisa bekerja, saya anggap kejadian hari ini menjadi pengalaman saya. Kamu bantu ibu untuk memberesin semua ini saja ibu sudah bersyukur." katanya dengan sedikit sinis.

"Bukan begitu bu, saya hanya gak tega melihat ibu dalam keadaan begini, saya gak habis pikir kalau kejadian ini dialami oleh ibu saya. Itu saja kog bu."

Aku merasa mataku penuh dengan kristal-kristal air mata yang siap-siap meluncur kalau kalau aku sampai mengedipkan mataku. Ya ampun, ibu ini mulia sekali, hati nya tegar. Musibah sekalipun tetap dihadapinya dengan lapang dada, dan masih juga bersyukur. Why God? Why? Why? Why do bad things happen to good people? Aku merasa menjadi orang yang paling berdosa saat itu. Sudah tentu aku tidak akan bisa melakukan apa yang ibu tersebut perbuat. Aku pasti tidak bisa dengan mudah memaafkan orang yang bersalah kepadaku. Sangat tidak mungkin.

"Terima kasih ya nak, saya pergi dulu" katanya sambil berlalu dari ku.

Aku speechless, tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya melihati ibu itu berjalan dan terus berjalan. Aku tak lepas melihati ibu itu sampai ibu itu benar-benar hilang dari pandanganku. Tiba-tiba tanpa ku sadari air mataku jatuh satu persatu. Aku teringat kepada sosok wanita tua yang selama ini tanpa lelah membahagiakan ku, yang selalu ada setiap aku membutuhkan kehangatan nya, yang selalu setia mengingatkan ku disetiap khilaf yang ku perbuat, dan itu sampai sekarang. Ibu ku. Apa yang telah kuberikan kepadanya? Balas jasa apa yang telah ku bayar kan kepadanya? Nothing. Tak ada satupun.

"woiii dah lama?"

Tiba-tiba kami berdua mendengar ada suara yang tak asing di telinga kami. Fazaro, dari lengkingan suaranya yang gak jelas tenor atau bass nya itu sudah jelas kalau Fazaro lah yang datang.

Lamunan kami pun terpecah.

Entah kenapa, setelah Jamie selesai dengan cerita tentang si ibu itu, keadaan menjadi berubah. Kami masing-masing terdiam. Aku gak tau kenapa Jamie terdiam, tapi yang jelas aku menjadi diam karena mengkait-kaitkan peristiwa yang dialami si ibu tadi kedalam kehidupan pribadi ku. Aku memikirkan pembicaraan serius yang terjadi beberapa minggu lalu antara aku dan mama tentang, apalagi kalau bukan, kapan aku nikah. Begitulah (I will tell this 'marry issue' later)

"Zar, gw ada cerita nih." sambut Jamie ke Fazaro.

"Bad or Good?" tanya Fazaro tanpa rasa antusias sedikitpun

"Badddddddddddddddddd" jawab Jamie